Selasa, 14 Juni 2016

Terimakasih Sudah dititipi Amanah Sehebat Ini

Sesak nafas mendera, laju nafas yang tak pernah sampai, (ngos... ngoss) selalu bagitu, tak kuat rasanya harus menggendong anak-anaku lama. Asam lambung yang sudah cukup lama kuderita ternyata saat kupaksakan Shaum, lumayan "rewel", setiap selesai saur dan buka tak ada makanan yang masuk rasanya, selalu kumuntahkan kembali.


Tangisku sering selepas sholat, bukan meminta kesembuhan penyakit, karena kuyakin penyakit ini timbul akibat ulahku sendiri, yang dulunya lupa bersyukur untuk menjaga kesehatan, ulahku yang dulu lupa untuk menjaga pola makan, dan mengelola masalah serta emosi. Tetapi tangisku dalam doa meminta dikuatkan, disabarkan atas masalah yang sedang kuhadapi. Masalah yang seharusnya mudah sekali diselesaikan oleh orang yang sudah sewajarnya melindungiku dan anak-anaku.


Kurasa bukan,,, bukan tak bisa, tapi tak mau menyelesaikan. dan terlalu lancang rasanya jika aku yang bicara, karena sama sekali bukan wewenangku. cengeng sekali rasanya jika setiap selesai sholat aku hanya meminta dikuatkan, disabarkan?
Mengapa aku tak bisa melupakan saja masalahnya dan belajar menerima kenyataan. sudah, sudah kucoba legowo, tapi semuanya selalu didepan mata menyesakkan Dada, seharusnya Ramadhan ini aku disibukan dengan ibadah-ibadah, dan meminta ampunan, karena akupun tau sesungguhnya belum tentu Ku dipertemukan lagi dengan ramadhan berikutnya. Tapi egoku terlalu tinggi aku menginginkan ketenangan dan kenyamanan dalam rumah, bukan kekacau balauan seperti Sekarang.




Dan taukah siapa yang selalu mengahapus air mataku saat aku menangis?? kinanthiku (4y). Bukan hanya menghapus air mata tapi ikut merasakan yang aku rasakan, setiap tetes air mataku segera dihapusnya melalui tangan mungilnya. bahkan ikut menangis setiap Kali aku manengis. dan sikecilpun ikut mengerubungi diatas sajadah sambil bertanya  "ummi nangis?", kemudian aku memeluk mereka berdua, ahhh nikmat rasanya Rabb, damai....


Ya Robb rasanya tak ada harta yang paling berharga selain ini, harta yang selamanya akan kubawa mati, anak-anak shalihah yang mendoakan kami orang tuanya. terimakasih Robb, sudah diamanahi anak sehebat ini, Maafkan hamba yang seringnya tidak sabar merawat mereka, maafkan jika belum jadi ummi yang baik untuk mereka.


Dan masalahku buatlah aku kuat untuk menghadapinya, atau bahkan melupakannya, rugi sekali memikirkan sesuatu yang bisa menghancurkan hidupku dan anak-anaku, sedangkan aku yakin mereka yang aku pikirkan sama sekali sedetikpun tak pernah memikirkan masa depanku, masa depan anak-anaku. sibukanllah aku untuk beribadah, untuk mendidik amanahku.


"Tak ada satu kedzalimanpun yang tak berbalas di akhirat, dan kebalikannya, tak ada satupun kebaikan meskipun sebesar dzarah yang tak dicatat di akhirat, semua ada perhitungannya, ada balasannya, ada ganjarannya"


Ramadhan day 9....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar