Jumat, 22 Januari 2016

Kembalikan Kinanthiku

Sejak umur 2tahun anaku sudah bisa menghafal surat Alfatikhah dengan lancar, bernyanyi berbagai macam lagu anak dengan runut,bahkan sejak umur 17bulan sudah bisa memegang pensil dengan benar, itulah salah satu alasan mengapa sejak umur 2,5th kami, ummi dan abinya segera memasukannya ke sekolah formal (tpa) selain karena umminya  cukup kerepotan mengurus adiknya yg waktu itu berumur 7bulan.

Disitu kemampuan menghafalnya bertambah banyak, hingga sampai sekarang dia bisa menghafal hampir setengah jus 30. Mewarnai, menghitung dan membaca adalah hobinya, (kami tidak pernah menyuruh apalagi memaksa kinan untuk menghafal, menggambar, mewarnai dll, karena kami sadar belum waktunya umur segitu untuk belajar calistung, yang kami lakukan hanya membetulkan hafalannya ketika dia memghafal disela aktifitas mainnya, dan memfasilitasi kegemarannya itu seperti membelikan pensil warna, membelikan buku cerita dan buku gambar kesukaannya.Dia juga rajin sekali berangkat sekolah, meskipun hujan angin, petir dan sakitpun dia tetap memaksa berangkat sekolah.

Sampai disuatu hari saya menemukan kejanggalan pada kinanthi anaku, awalnya dia mulai malas menghafal quran, lalu malas mewarnai, malas belajar membaca, dia hanya pengin nonton dvd kartun kesayangannya, saya memang membolehkan dia nonton dengan batasan maximal 2jam sehari, tapi kali ini dia marah kalo saya gak memperbolehkan dia nonton, bangun tidur, habis mandi pagi, siang, sore dia selalu merengek minta nonton, disekolahpun dia ga mau menebalkan huruf, dan iqronya pun selalu mengulang, awalnya saya menganggap itu bukan masalah serius saya merasa memang belum waktunya seumur dia untuk belajar membaca, tapi seperti biasa setiap habis maghrib saya selalu mengajak dia untuk mengaji iqro, kali ini tidak ada antusias sedikitpun dari dia, pandangan matanya kemana-mana, menguap, dan ada saja sikapnya yang bikin saya gemas menahan emosi, pada intinya dia sama sekali ga fokus dengan iqronya. Dan puncaknya seminggu ini dia benar-benar mogok sekolah,badannya demam, setiap ditanya mau sekolah gak nduk? (panggilanku kesayangan kami untuknya) gak mi, besoknya gak lagi, gak lagi, kutanya alasannya, apa bu gurunya galak?, "gak mi, habis ummi jemputnya lama" bagiku itu hanya alasan karena saya selalu menjemput dia tepat waktu saat dia keluar dari pintu kelas.

Daan gak cuma mogok sekolah, setiap hari dia ngambek-ngambekan gak jelas, selalu berebut benda apapun dengan adiknya, membentak saya, dan memandang dengan muka sinis, ngomongnya juga nyolot seperti hendak memusuhi saya. ASTAGHFIRULLOH ada apa denganmu nduk, saya menangis, merenung berfikir kesalahan apa yang sudah kami perbuat sama dia sampe dia berubah 180derajat?

Beruntung saya memiliki suami sekaligus partner bekerja sama mendidik anak, akhirnya kami memutuskan untuk sama sekali tidak memegang gadget saat bermain bersamanya, mungkin selama ini dia kurang perhatian saya, saya selalu sibuk dengan pekerjaan rumah yang gak pernah ada habisnya, saya sibuk mengurus kepentingan adiknya, dan saya sibuk dengan gadget saya, sambil terus memperbaiki diri, belajar sabar untuk tidak terpancing emosi saat dia membentak dan memandangku dengan sinis, saya juga terus mencari akar permasalahan, sebenarnya apa yang membuat dia menjadi seperti itu.

Puncaknya hari ini sambil mengelus punggungnya sesaat sebelum tidur siang, saya meminta maaf sama kinan, "ummi minta maaf ya nduk kalo ummi suka marah-marah, ummi sayang banget sama mba kinan ayoo peluk ummi nduk?"  Seketika tangisnya pecah dia gak mau peluk saya "mba kinan ga sayang sama ummi mba kinan sayangnya sama abi" soalnya ummi sukanya hukum-hukum.
hatiku sakit banget, keluar air mataku anak yang kulahirkan susah payah bisa, berkata seperti itu  Allahuakbar apa yang telah saya perbuat sama dia sampe sebegitunya?? Saya memang seringkali mengancam akan menghukum dia jika dia gak nurut tapi itupun jarang sekali saya lakukan, hampir tidak pernah, tapi tetap Kembali saya meminta maaf kali ini dia mau memelukku (Alhamdulillah)

Sambil terus menemaninya, saya juga selalu berusaha menahan emosiku jika dia kembali membentak saya, sambil dalam hati selalu beristighfar memohon pertolongan Allah jika memang cara saya salah dalam mendidik anak, seraya selalu berdoa mudah2an Allah memudahkanku untuk mendidik dan memberi tauladan kepada kedua putri kecil kami dan mengembalikan kinantiku seperti dulu, anak yang sholehah, penurut, tidak pernah meminta apapun kecuali kami membelikannya, dan anak yang bergegas sholat setiap kali mendengar adzan.

Robbihabliminassolihin....

Hikmah yang saya ambil dari kejadian ini:
1. Jangan pernah mengancam anak, lebih baik jelaskan konsekuensi dari setiap perbuatan baik atau buruk
2. Tidak memasukan anak ke sekolah formal terlalu dini  karena besar kemungkinan anaku mengalami kejenuhan dan kebosanan (kinan masuk TPA 2,5tahun) mungkin ini tidak berlaku bagi semua anak ya tapi saya mengalaminya.
3. Temani anak saat bermain, jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah yang tak pernah ada habisnya, terutama tinggalkan gadget saat bermain dengan anak
4. Sebisa mungkin bisa membagi waktu dan bersikap adil jika memiliki adik dengan jarak yang berdekatan.

Ya Allah kembalikan kinantiku seperti kemarin, sekali lagi maafkan ummi nduk.

Bandung, 22 januari 2016
Dari seorang ibu yang sedang bermuhasabah diri,
seorang ibu yang sedang belajar menjadi orang tua sholehah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar