Kamis, 04 Februari 2016

Belajar Pada Seorang Buruh Cuci Yang Mulia

5 tahun yang lalu sebelum saya menikah, saya bekerja sebagai admin disebuah bank swaasta. selain sebagai admin bank, saya juga memiliki usaha kecil²an yaitu sebuah toko baju yang menjual macam-macam baju perempuan, jadi hampir setiap dua minggu sekali saya selalu mengunjungi tanah abang, salah satu pusat grosir tekstil terbesar di negara ini. Tapi bukan mengenai pekerjaan saya yang mau saya ceritakan dalam tulisan saya.

Jadi setiap dua minggu sekali saya harus datang dari tegal, tempat kerja saya menuju jakarta. Sebenarnya saya memiliki beberapa saudara yang bisa saya singgahi untuk menginap barang sehari, tetapi saya memilih tinggal ditempat Wa Darsini, beliau adalah mantan istri kakak kandung ibu saya (Uwa kandung saya), meskipun sudah mantan tapi wa darsini tak pernah sekalipun memutuskan tali silaturahmi dengan kami, keluarga sang mantan suami, bahkan perlakuannya kepada kami keponakannya sungguh sama seperti kepada anak kandung sendiri, setiap saya menginap disana beliau menjamu saya dengan berbagai makanan yang enak dan mewah, (menurut saya), setiap pagi menyiapkan teh hangat dan sarapan, tak lupa menyiapkan 1 bak air penuh untuk saya mandi ,sepulang saya belanja beliau sudah memasak untuk saya berbagai macam hidangan yang luar biasa, begitu pula dengan suaminya yang sekarang, saya merasakan betul ketulusan dan keikhlasannya, beliau tak segan mengantarkanku sampai ke terminal atau stasiun ketika saya pulang menuju kampung. Singkat cerita saya sungguh dimanjakan disitu.

Saat saya melahirkanpun beliau tak segan memberi anak saya kado dengan harga yang lumayan fantastis untuk ukuran gaji beliau. Pun ketika saya baru memiliki rumah baru beliau menghujani kami dengan berbagai macam oleh², bahkan ketika hendak pulang pun tak lupa beliau menyelipkan uang kepada kedua putriku, MasyaAllah sungguh malu rasanya saya yang merasa memiliki kelebihan harta dibanding beliau tak bisa semurah itu.

Yaaa beliau hanya seorang buruh cuci dan suaminya yang keturunan tiong hoa hanya seorang supir pribadi. Dan jangan berfikir kalau saya tinggal dirumahnya itu tinggal ditempat yg layak untuk ditinggali, beliau tinggal dibantaran rel kereta KRL grogol, dibedeng dengan ukuran kamar tidak sampai 3x3m² itu beliau mengontrak. 1 kamar untuk beliau dan suami, serta 1 kamar lagi untuk anaknya (sepupu saya).

Ditempat seperti itupun mengontrak???...yaaa

Tapi ditempat itu saya merasakan kasih sayang, ditempat itu saya merasa dihargai, merasa dicintai, ditempat itu saya betul² belajar bahwa setiap orang memiliki nasib dan takdirnya sendiri, ditempat itu saya belajar beribu² rasa syukur dan malu sekali rasanya untuk mengeluh hanya jika suami saya tidak bisa mengantarkanku jalan² saat weekend, betapa kerdilnya saya...

Pada beliau seorang buruh cuci saya belajar hidup,
※ Beliau tidak pernah memutuskam tali silaturahim, meskipun mantan suaminya tempatnya bergantung mengkhianatinya, dan beliau sungguh pandai mendidik kedua anaknya untuk tetap berbakti dan selalu mengunjungi ayahnya.

※ setiap jam 3pagi selalu saya mendengar beliau ke kamar mandi untuk mengambil wudlu bersama suaminya yang seorang mualaf, sampai menjelang subuh sampai akhirnya beliau berangkat kerja

※ saya belajar bahwa untuk memberi, untuk berbagi itu tak harus menunggu kaya, menunggu lebih, betapa beliau bisa memanjakanku dengan berbagai macam suguhan (sempet saya berfikir dari mana uangnya?) tapi janji Allah itu tak pernah ingkar, bahwa Dia Allah pasti akan melipat gandakan pahala orang yang bersedekah,
Pada beliau saya belajar bahwa tangan diatas jauh lebih baik dari tangan dibawah

※ belajar dari suaminya yang tetap tulus meskipun saya ini adalah keponakan mantan istrinya, tidak ada rasa benci, cemburu atau apapun, dan ketika lebaranpun beliau selalu mau berkunjung ke kmpung kami, kampung mantan suami istrinya mengunjungi kelurga besar kami (Masyaalloh) terbuat dari apakah hatinya??

Sekali lagi saya teramat sangat malu pada beliau- beliau ini seorang buruh cuci dan supir pribadi...mudah²an saya bisa meneladani sifat beliau² yang mulia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar